SELAMAT DATANG DIBLOG SAJAK HATI

Senin, 21 November 2016

Satutu Boat Menuju Sumbawa Hebat dan Bermartabat

Oleh: Sofyan Haryadi, M.Si.

Ketua Program Studi Sosiologi. Institute Ilmu Sosial dan Budaya Samawa Rea.

Boat demikian ungkapan masyarakat Sumbawa mempertegas aktivitas kerja. Ditinjau dari terminologi bahasa boat merujuk pada kata sifat, sifat boat (sifat pekerjaan). Kata satutu bermakna keseriusan, tekun bekerja. Inilah filosifi cultural sukses tau (orang) Samawa. Seiring bergesernya waktu, filosofi cultural “satutu boat” mengalami degradasi makna, spirit bangga menjadi pekerja ketimbang mempekerjakan orang dominan tertanam pada generasi saat ini. Pesimis merintis usaha, minim inovasi mengembangkan potensi alam, gemar debat kusir, cenderung malas, pasrah pada keadaan. Demikian potret etos generasi terdidik yang kita miliki saat ini.

Argumentasi diatas didasarkan pada premis: Karena peningkatan sumber daya manusia berbanding terbalik dengan kreativitas ekonomi, berkorelasi positif dengan angka pengangguran dan angka pencari kerja. Nyaris tidak terlihat semangat gigih, tekun bekerja mampu membaca peluang dan  tantagan, mampuan memaksimal potensi internal dan eksternal belum menampakkan gejala trang. Diruang sebelah yuforia semangat menjadi pengawai negeri terus menggelora. Satatus sosial dan gengsi menjadi pekerja kantoran (pegawai negeri) mengalahkan status, gengsi, sukses menciptakan lapangan usaha sendiri. Menjadi pegawai negeri demikian barometer sukses orang tua dan sarjana. Mengabdi puluhan tahun dianggap sebagai solusi, meski bayaran dibawah upah minimum kabupaten bukan soal demi status dan gengsi.

Patut dicerugai bahwa ada korelasi positif antara angka pengangguran sarjana dengan status dan gengsi pada penjelasan diatas. Inilah awal kekeliruan berpikir tau (orang) samawa memaknai sukses. Oleh karena cara berpikir demikian keliru alias tidak sepenuhnya benar, maka stigma berpikir ini perlu direduksi ulang, melalui serangkaian konsep berpikir sistematis satutu boat. Jika tidak maka laju pertumbuhan sarjana nganggur akan terus meningkat. Imbasnya pada tergangunya kondusifitas daerah disamping eksistensi Pendidikan Tinggi menjadi kurang stabil, akibat derasnya arus tudingan miring pada pemerintah daerah dan penyelenggara Pendidikan Tinggi. Perguruan Tinggi dituding sebatas  mencetak ijasah bagi para sarjana, gagal mencetak sarjana yang memiliki kualifikasi kerja, apa lagi menciptakan lapangan kerja. Sementara pemerintah dinilai gagal menciptakan lapangan kerja.

Data Badan Pusat Statistik Kab Sumbawa menunjukkan angka penganguran sarjana di kabupaten Sumbawa pertahun terus mengalami peningkatan. Tahun 2013 angka pengangguran sarja mencapai angka 1.036, Tahun. 2014. 1.825 dan pada tahun 2015, 22.333. Sumber data, (Badan Pusat Statistik Kab. Sumbawa 2015).  Jika kita mengikuti tren peningkatan pengangguran sarjana tahun 2014-2015 diperkirakan angka sarjana menganggur pada tahun 2016 sebanyak 3.650. di Tahun 2017 mencapai angka 44.666 sarjana nganggur. Demikian halnya dengan sarjana yang bekerja disektor formal. Data badan pusat statistik Kab Sumbawa tahun 2013 s/d tahun 2015 menunjukkan tidak terjadi penurunan minat sarjana bekerja pada sektor formal secara signifikan. Pada tahun 2013 tercatat sebanyak 23. 562, sarjana bekerja disektor formal, Tahun. 2014. 22. 211,Tahun, 2015. 22. 333.

Menghubungkan data yang ada dengan filosofi “satutu boat” menuju Sumbawa hebat dan bermartabat menunjukkan, jika secara kuantitatif potensi Sumber daya manusia Sumbawa khususnya sarjana cukup tersedia. Muncul pertanyaan mau kita apakan potensi yang ada? Siapa yang tepat menjawab pertannyaan dimaksud?. Oleh karena kedua pertanyaan dimaksud bersifat interpretatif, penulis mencoba menghubungkan pertanyaan diatas dengan Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD 2016-2021), disebutkan bahwa salah satu arah kebijakan umum yang ingin dicapai oleh pemerintah daerah adalah peningkatan kemadirian ekonomi masyarakat. Dengan mendorong nilai tambah komoditi unggulan melalui pengembangan kegiatan industri berbasis pertanian berskala rumah tangga serta membuka akses usaha di bidang agro industri, menjadikan desa sebagai basis pengembangan indutri pertanian, inilah ruang bagi sarjana Sumbawa mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Tulisan ini disajikan kehadapan pembaca, sebagai wujud keperihatian penulis pada kondisi daerah, yang terus dibanjiri pengangguran intlektual. Untuk itu penulis mencoba menawarkan ide gagasan pada pemerintah daerah: Pertama pemerintah harus mampu membuka ruang partisipasi langsung sarjana dalam pembangunan, dengan menjadika sarjana basis matriel program, pengembangan program. Kedua pemerintah daerah hendaknya membangun kemitraan dengan perguruan tinggi, dan pihak lainnya, menjawab problem pengangguran kaum intlektual.

Sebagai bahan refleksi bersama penulis mengajak pembaca, berkaca pada program pemerintahan sebelumnya. Sebut saja program Kredit Usaha Tani (KUT) Program Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program Pemberdayaan Masyarakat, Program Ekonomi Kreatif, program cetak sawah baru dan program sarjana pendamping desa. Semua program dimaksud nyaris tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan kemandirian ekonomi daerah. Artinya program dimaksud dalam pandangan penulis kurang berhasil guna dan berdaya guna. Oleh karena program dimaksud masih bertumpuh pada sumber daya manusia yang nota bone pendidikannya dibawah rata-rata.

Starting point filosofi “satutu boat” menuju Sumbawa hebat dan bermartabat dengan menempatkan sarjana dan Perguruan Tinggi digarda terdepan program. Mengingat dalam pembangunan, manusia bertindak sebagai pemerakarsa, perencana, pelaku serta pemelihara pembangunan. Ide ini memungkinkan dijadikan ide dasar Program pembangunan Sumbawa kedepan. Butuh kajian mendalam, komprehensif Filosofi sukses tau samawa (satutu boat). Akhirnya penulis mengajak para pihak berhentilah bangga pada jargon, banggalah pada boat nyata (satutu boat).Dengan boat nyata, satutu boat masa depan perekonomian Sumbawa akan bagkit, menuju Visi Sumbawa hebat dan bermartabat.